Rabu, 24 Desember 2008

Biker srikandi dari Bandung

Emansipasi wanita ternyata tidak hanya terdapat dalam dunia pendidikan atau dunia profesi tetapi di dunia hobby juga terdapat emansipasi yang sangat kental. Kami salut dengan tekat dan keberanian Bikers wanita asal Bandung yang telah mengikuti acara semarang. Tete Krisna ini menempuh perjalanan dari Bandung ke Semarang hanya dengan waktu 9 Jam , Biker Srikandi ini berangkat tanggal 17 Oktober 2008,...Wah Luar biasa Bikers Srikandi Kita Salut....Teh Krisna sampai ketemu di acara2 Maci berikutnya salam buat rekan - rekan Bikers Bandung. Tak Kalah menarik Brother kita Pak Heni beliau adalah sekretaris Pemudis juga merangkap Sebagai sekretaris II Maci Pusat, ini pas Admin ketemu beliau di Kudus lagi Istirahat,trus dia minta untuk difoto dan di posting disini ok Brother Peace.....(Tidak Boleh jatuh cinta dengan "teteh" ya Bang....he...he

Selasa, 23 Desember 2008

The BMW R26 Motorcycle - 1955

The BMW R26 Motorcycle - 1955

(CLICK IMAGE to magnify)
Photo: BMW R26 Instruction Manual (1955)

The R26 was the followon to the R24 (1949), BMW's first postwar motorcycle. R26 Specifications: Single cylinder, 245cc, 15 horsepower, 4-stroke, overhead valves. Bing 1/25/46 throttle slide curburetor. 4-speed gear box, positive-stop foot control. Front and rear internal shoe brakes. Curb weight: 158 Kg. Maximum load: 167 Kg. Maximum speed, single passenger: about 128 Km/h. Fuel consumption: 3.5 liters / 100 Km at 90 Km/h (70 mpg at 55 mph). Acceleration: 0-60 in about an hour.

  1. Ignition and lighting switch.
  2. Speedometer.
  3. Ignition warning light.
  4. Neutral indicator.
  5. Front brake lever.
  6. Twist grip throttle.
  7. Steering damper.
  8. Clutch lever.
  9. Headlight dip switch.
  10. Horn button.
  11. Steering lock.
  1. Petrol tap.
  2. Kickstarter pedal.
  3. Battery box lock (*).
  4. Gear shift pedal.
  5. Air filter.
  6. Rear brake pedal.

*The battery served no discernable
purpose; I didn't have one.

Gear shift pedal operation.
Neutral is between 1st and 2nd.


Me on my R26 in front of 170 West 109th Street, NYC, 1967. Note the bent front-brake lever, a hazard of parking on the street, sideways between two cars -- cars getting into or out of spaces always knock the bike over and break the levers, headlight, etc. Parking lengthwise, on the other hand, is a provocation to space-crazed car owners, and likely to get your bike turned around sideways and/or pushed over anyway. In the winter, I just drove it up the steps into my apartment to avoid parking headaches. Prior to the R26, I had owned a 1949 Volkswagen (small divided rear window, flapping turn signals, and non-synchromesh manual transmission requiring double-clutching to downshift; I paid $50 for it and drove it all over Europe while in the Army). Photo: Tim Lee (CLICK to enlarge).

[ Index ] [ Messerschmitt KR ] [ Back to Platenstraße ]


Frankfurt Photos / Frank da Cruz / fdc@columbia.edu / 5 May 2004

MAZDA - MATCHLESS ‘65 (BOJONEGORO)

:: ndar
MATCHLESS ‘65 (BOJONEGORO)
Three in One
Unik memang, kalo udah hobi dan nafsu menyatu, semuanya mesti
ngalah dan mesti ada yang berkorban !. Bahkan Ariel, Matchles
dan Mazda bisa bersatu akur !


Kali ini yang jadi korban so pasti duit dan sebiji mobil Mazda 600
lansiran tahun ’65 yang mesti jogrok tak bernyawa di gudang. Maklum
nyawanya mesti ‘menghidupi’ mosik Matchles lansiran ’65
“Waktu itu saya sedang mengikuti sebuah acara jambore di Semarang,
saya melihat ada yang membawa motor klasik tapi mesinnya pake’ Mazda
yang 600cc, jadinya pingin memiliki sendiri,” jelas Iwan Novianto.

Cowok Jawa tulen yang kerap kali dipanggil Novi oleh rekan seklubnya
ini merasa tertantang untuk melakukan sebuah inovasi seperti itu.
Salah satu anggota MACI Bojonegoro ini mengaku kalau ingin mencapai
hasil terbaik musti berusaha keras dan berani berkorban.

Ucapannya tersebut dibuktikan dengan menebus sebuah mobil Mazda
600cc tahun 1965. “Mobilnya saya beli di Semarang,” tambahnya. Mobil
yang didukung mesin bertipe v-twin tersebut memang paling sering
dicomot untuk jantung motor oleh beberapa modifikator.

Beberapa langkahnya memang cenderung frontal dan nggak tanggung -
tanggung. Awalnya Novi mencopot mesin Mazda dari dudukan. Kemudian
mulai merubah beberapa fungsi mobil mesin Mazda ke karakter mesin
motor seperti umumnya.

Langkah pertamanya merakit ulang gearboks yang masih menggunakan
tuas tangan sebagai pemindah gigi diubah sistem pedal. “Untung nggak
susah. Malahan lebih ruwet kala merubah sistem kopling,” bilangnya.

Mesin Mazda yang memiliki kapasitas lumayan besar rupanya menjadi
kendala baginya. “Setelah melakukan beberapa perhitungan ternyata
house kopling bawaan Ariel 500cc bisa diandalkan,” bilangnya lega.

Untuk kampas koplingnya dipilih tipe basah. Selain memperhalus saat
perpindahan gigi juga berfungsi membasahi rantai kamprat. Berpijak
ke bagian lain, pemasok bahan bakar dipercayakan pada dua karbu orsi
Yamaha RX King.

Biar gampang saat start, dinamo starter bawaan Daihatsu Charade
dipercaya mengatasinya. Sebagai tenaga pendukung kelistrikan aki
standard Kawak Merzy dirasa mampu mengatasinya.
Khusus untuk pelumas mesinnya dijamin tidak sampai ngendap di
kalter. Karena didukung sistem sirkulasi oli dari mesin ke tangki
oli yang kemudian dikembalikan ke dalam mesin.

Selain itu dengan sirkulasi tersebut suhu oli tidak cepat panas
ketika membasahi mesin. Ubahan kompartemen mesin disudahi dengan
merancang ulang sistem pengapian yang masih mengandalkan dua
platina.

Sambungan platina yang sebelumnya mengambil dari noken as dipindah
ke as kruk. Pemindahan tersebut untuk memperkuat kerja platina meski
motor dibawa keluar kota. Alternator pengapian dicomot dari Daihatsu
Zebra. Untuk memperkuat sistem pengapian ini didukung dua koil
bertipe kering.

Tulangan Tambah 12cm
Prosesnya terus berlanjut kearah ‘tulang’ besutan. Mesin Mazda yang
bertipe v-twin memang memiliki celah agak lebar antara kedua
silindernya. Hal ini memaksa Novi memperhitungkan tinggi rendah
serta panjang mesin Mazda.

Pipa besi berukuran 3/4 dim atau 1,5 inci dijadikan bahan rangka.
Dengan berbasis tubuh Matchless Novi mulai mengembangkan teorinya.
Selesai mengukur panjang mesin Mazda ternyata rangka harus
diperpanjang 12 cm dari standarnya. Hasilnya mesin Mazda langsung
pas ketika masuk keruang dudukan mesin.

Kelengkapan lain menjadi langkah berikutnya. Dimulai dari tangki
yang mencomot kepunyaan Matchless tahun ‘61. Stang stirnya
mengapilkasikan bawaan Suzuki TS dipadu dengan sok beker depan milik
Kawasaki Miguro 500cc. Sok tersebut mengapit velg orsi Matchless
yang dipeluk ban berukuran 3,50/19.

Di buritan diperkuat peredam kejut milik Yamaha RXS. Pasangan
arm-nya menjepit tromol Matchless yang dipadu velg Honda Tiger
berbalut ban 4,00/18. Kedua spatbornya diambil dari Matchless ‘54.

Untuk penerangan perjalanan malam, digaris depan diterangi head lamp
Matchless ‘51 begitu juga di belakang. Ubahan dituntaskan dengan
menggebyur sekujur tubuh besutan dengan cat Glasso merah.

:: Sigit



© 2002 ototrend.com ototrend® is a registered trademark
and the ototrend logo are trademarks of pt media oto indonesia, jawa pos

Selasa, 09 Desember 2008

KLASIK KORNER



















Klasik korner adalah wadah bagi Kreator – kreator muda di bidang otomotif roda dua yang mempunyai semangat ide, kreasi dan kesenangan khususnya terhadap otomotif roda dua. Bahkan lebih dari itu mengakomodir semangat / melestari dari orang – orang atau kerabat yang mempunyai kesenangan / hobby di bidang otomotif roda dua bahkan klasik roda dua.
Dengan tujuan mengangkat potensi dari para kreator muda dan sisi keindahan dari kendaraan roda dua sampai klasik roda dua dan turut melestarikan kedua asset bangsa tersebut.